Rabu, 25 Mei 2011

Bang Bang Bang Bang


I shot the sheriff, but I did not shoot the deputy- Bob Marley
Potongan lagu Bob Marley 'I Shoot The Sheriff' ini pasti sudah lumayan familiar di telinga kita semua. Hmm.. Terus kenapa ada lirik itu disini? Karena setiap saya main Bang!, lagu tersebut selalu berputar-putar di otak saya. Apa itu Bang!? Bang! adalah sebuah permainan RPG menggunakan kartu, dimana  setiap pemain disini nantinya memiliki salah satu dari role ini : Sheriff, Deputy, Outlaws, dan Renegade.  Dan setiap pemain juga akan memiliki character masing-masing, kalau basic character-nya sendiri sih ada 16, yaitu : Bart Cassidy, Black Jack, Calamity Janet, El Gringo, Jesse Jones, Jordonnais, Kit Carlson, Lucky Duke, Paul Regret, Pedro Ramirez, Rose Doolan, Sid Ketchum, Slab the Killer, Suzy Lafayette, Vulture Sam, dan Willy the Kid. Jadi singkatnya di setiap permainan ini kita memainkan karakter seseorang dengan peran tertentu, dimana karakter dan peran ini kedua-duanya kita pilih secara random (tidak bergantung satu sama lain). Mungkin saja kita Rose Doolan si Outlaws, atau El Gringo si Sheriff, atau bisa juga Rose Doolan si Renegade.






Masing-masing role memiliki tujuan dalam permainan kira-kira seperti ini :

Sheriff: I'll kill all these outlaws and restore peace!
Outlaws: Let's kill the sheriff who is in our way!
Deputy Sheriff: Oh no! I can't let the outlaws harm my boss!
Renegade: Ah haa! Here's my best opportunity to eliminate everyone and become the new sheriff!

Permainan akan berakhir jika Sheriff mati.

Setelah role, character, serta beberapa action cards sudah dibagi, permainan siap dimulai. Setiap orang harus menunjukkan karakter apa yang dia peroleh tanpa menunjukkan role-nya kecuali Sheriff. Jadi disinilah keasyikan dari permainan tersebut, yaitu semacam terka-menerka dan ‘peka’ terhadap mana kawan dan mana lawan. Sheriff dan Deputy tentunya akan menang jika semua Outlaws dan Renegade mati. Outlaws dikatakan menang jika Sheriff mati, dan Renegade dikatakan menang jika dia pemain terakhir yang bertahan hidup atau dengan kata lain Renegade menang jika semua pemain  mati. Saya paling suka jika mendapatkan role sebagai Renegade, karena dalam permainan ini Renegade sangat sulit ditebak role-nya dan dia seorang single fighter yang hebat karena untuk menuju kemenangan dia harus membunuh semua role lain..and be the last man standing. Paling nggak suka kalau dapat role Deputy, kenapa ya? Karena tujuan Deputy itu susah lho tapi kurang ‘keliatan’, yaitu melindungi Sheriff. Kalau Sheriff menang, Deputy ikutan dielu-elukan (itupun kalau Deputy-nya masih hidup), kalau Sheriff mati permainan berakhir (Deputy yang masih hidup ikutan kalah), tapi kalau Deputy mati si Sheriff nggak kenapa-kenapa tuh, malahan terkadang Sheriff suka kurang peka dalam mengenali Deputy-nya sehingga tidak jarang seorang Deputy mati di tangan seorang Sheriff (sedih nggak sih dihabisin sama orang yang padahal kita sendiri habis-habisan nglindungin dia.. *berlebihan*).

Pada awal permainan, Renegade bersama Sheriff dan Deputy akan membasmi semua Outlaws, (biasanya menjelang tengah-tengah permainan, para Outlaws akan dengan mudah diketahui karena semuanya secara terang-terangan akan melawan Sheriff dan siapapun yang melindungi Sheriff). Sesuai dengan role-nya, Renegade akan menang ketika semua pemain lain mati, dengan kata lain jika Sheriff mati ketika masih ada Outlaws maka Outlaws-lah yang menang sehingga biasanya diawal permainan Renegade akan membantu Deputy dan Sheriff menghabisi Outlaws. Ketika semua Outlaws sudah mati, inilah tantangan bagi Sheriff untuk mengetahui mana Deputy-nya dan mana Renegade. Sheriff harus benar-benar cermat dalam mengambil keputusan untuk menghabisi salah satunya, karena jika sampai seorang Sheriff salah membunuh Deputy-nya sendiri, maka Sheriff akan kehilangan semua senjata dan action card ditangannya dan dengan mudah Renegade akan melakukan penyerangan terhadapnya.

Selain kartu role dan character, terdapat semacam action card berjumlah 80 buah yang terdiri dari 22 tipe. Kebanyakan dari 80 kartu tersebut adalah kartu BANG! , yaitu kartu yang kita gunakan untuk menembak pemain lainnya selama pemain tersebut berada pada range pistol yang kita miliki. Bagi pemain yang diberi kartu BANG! oleh pemain lain, dapat mengeluarkan kartu MISSED! (jika punya) untuk menepis ‘tembakan’ –nya. Kartu-kartu lain juga memiliki efek yang bermacam, seperti kartu-kartu dengan beragam pistol dengan range tembak yang berbeda-beda, BEER untuk menambah ‘lives’, BARREL untuk berlindung dari tembakan lawan atau serangan lainnya seperti serangan dari Indian atau pengambilan paksa kartu dari tangan kita oleh pemain lain, MUSTANG untuk menambah jarak dengan lawan, dan ada juga kartu INDIANS dimana ketika kartu tersebut dikeluarkan, semua pemain kecuali yang mengeluarkan kartu tersebut harus mengeluarkan tembakan/BANG! untuk menembak Indian tersebut. Jika tidak punya maka pemain tersebut akan ‘dibacok’ oleh si Indian, begitu saya dan teman-teman saya menyebutnya, dan kehilangan satu lives-nya (kartu MISSED! tidak dapat digunakan bersembunyi dari Indian—MISSED! hanya digunakan untuk menghindari tembakan/BANG! saja). Beberapa karakter juga memiliki keistimewaan masing-masing, seperti Suzy Lafayette yang dapat menggunakan kartu MISSED! sebagai BANG! dan sebaliknya, Jordonnais yang memiliki BARREL ‘alami’, dan Slab The Killer yang jika dia menembak pemain lain, maka pemain tersebut harus mengeluarkan dua MISSED! untuk dapat menghindar dari tembakan Slab atau dia kehilangan satu lives-nya.

Permainan ini membutuhkan banyak pemain, sejauh ini menurut saya jumlah pemain paling ‘pewe’ adalah 5-6 orang. Tujuh orang nggak papa sih, tapi permainan menjadi terlalu lama dan terkadang membosankan. Dan kasian banget yang keluar game pertama, dia bakalan nunggu lamaaaa buat ikutan round berikutnya. Durasi permainan ini sekitar 20-40 menit.

Oh iya, di luar sana banyak sekali versi-versi expansion dari kartu Bang! ini, dimana expansion itu berisi karakter-karakter baru dan action-action card baru yang mengikuti biasanya. Expansion packs-nya antara lain adalah High-Noon dengan skenario-skenario permainannya (macem sinetron aja), Dodge City dengan 15 karakter baru dan 40 action card baru, Face Off yang membuat Bang! bisa dimainkan hanya dengan dua pemain saja,  dan Wild West Show dengan beberapa special cards-nya seperti  Sagacaway cards yang membuat setiap pemain harus menunjukkan kartu apa saja yang ada di tangannya. Yang paling menarik perhatian saya adalah expansion pack Death Mesa, yang walaupun dalam permainan nanti ada pemain yang mati, dia masih akan ikut dalam permainan sebagai hantu yang dapat mengganggu pemain-pemain lain. Jadi walaupun sudah kalah, saya tidak perlu menunggu lama untuk menunggu round berikutnya. Saya bisa tetap ikut main walaupun sebagai hantu. Hehehe..


Minggu, 22 Mei 2011

i love to cook and i know i'm quite good at it. been so proud of my own homemade meals for the past few months and deep in my heart, i start to believe that i have this kind of ability in cooking. i use italic-bold sentence below to encourage me to learn and always learn about cooking, although i find this sentence hurtful-- i don't know maybe i'm way too sensitive at that moment, but hey i can sense some sort of 'underestimate' power on it. Haha.

"you know what? everybody can cook!"

Minggu, 17 April 2011

Memory of Mitra 2



Well, rasanya emang kurang penting nulis ini sekarang. Disaat sedang banyak-banyaknya praktikum dan laporannya, serta pekerjaan rumah beserta midterm exam-nya. Tapi entah mengapa, aku ingin sekali menulis ini sekarang juga..
Mitra 2 adalah sebuah department store yang terletak di Jalan Letjen Sutoyo Malang. Aku sudah mengetahui nama Jalan Letjen Sutoyo itu bahkan dari kecil, semenjak dari aku mulai bisa baca, tepatnya ketika aku berusia 4 tahun. Walaupun dari sisi navigasi aku tidak tahu dimana Jalan Letjen Sutoyo itu, yang aku tahu di salah satu sisi kiri jalan tersebut (jika dari arah Blimbing), ada sebuah bangunan besar dengan 4 lantai.. Ya, bangunan itu adalah Mitra 2. Berdiri pada tahun 1992, Mitra 2 merupakan tujuan belanja utama masyarakat Malang pada era 90-an, termasuk aku dan keluargaku (mama dan mas/kakak lelaki). Pada saat itu, Mitra 2 memang mall/department store yang paling cihui di Malang. Siapa sih yang nggak tahu Mitra 2?

Aku tumbuh bersama Mitra 2. Hmm bukan dalam artian ‘bersama’ sebenarnya sih. Maksudnya, dari kecil dulu, semenjak aku ngerti kalo diajak-ajak, mama paling sering ke Mitra 2 untuk belanja bulanan. Kita berangkat kesana bertiga. Mulai dari dulu awalnya naek angkot, naek motor bonceng bertiga (cukup lho! Hehe), naek taksi, sampe akhirnya punya mobil sendiri. Kami bertiga biasa berangkat  siang dan akan berada disana hingga sore, atau berangkat sore dan pulang ketika Mitra 2 hampir tutup. Tempat pertama yang biasa mama tuju adalah supermarketnya, untuk membeli bermacam-macam kebutuhan rumah tangga sebulan ke depan. Biasanya begitu sampe kasir, mama bakalan ngomel-ngomel karena banyak barang-barang belanjaan yang mamaku ga ngrasa ngambil, tapi tiba-tiba kok ada di trolley. Ya, itu adalah ulah ku dan mas. Kita suka diam-diam menaruh makanan-makanan kecil dan permen-permen, seperti jipang dan pes bon bon, ke dalam trolley. mas juga suka menyelipkan majalah otomotif yang waktu aku kecil pun harganya udah 30ribu. entah sekarang harganya berapa. aku dan mas juga suka sekali memaksa mama untuk membelikan kaset2, mulai dari kaset Enno Lerian, Trio Kwek2, album rohani cilik, sampe Westlife dan Britney Spears.

Seusai berbelanja di supermarket, dengan bawaan 4-5 tas kresek besar, biasanya kita akan langsung menitipkannya di tempat penitipan barang tepat di bawah escalator lantai 1 karena masih banyak tempat di Mitra 2 yang akan kami kunjungi, biasanya sih bagian sepatu di lantai 3. Atau tempat kerajinan menyulam tangan dan peralatan rumah tangganya yang berada di lantai 1,5. Aku dulu paling enggak suka kalo disuruh ngantri di kasir. karena menurut aku mbak-mbak kasirnya galak dan suka pilih-pilih orang yang dilayani. Waktu kecil dulu emang penampilanku buluk, aku item kurus dekil, sehingga wajar saja kalo mbak-mbak kasirnya lebih memilih melayani ibu-ibu menarik dengan tampilan perlentenya (dulu sempet belum ada line buat antri jadi semacam berebut).

Dan ketika acara belanja bulanan ini berakhir, mama dibantu satpam sibuk mencari taksi untuk pulang, sementara aku dan mas disuruh menunggu belanjaan di tangga masuk utama Mitra 2.
Beranjak ketika SMP, aku disekolahin yang agak jauh dari rumah sehingga aku mulai mengenal  bermacam angkot di Malang dan rute-rutenya. Maklum, waktu SD sekolahku berada dekat dengan rumah sehingga angkot yang aku gunakan cuma PBB saja dan aku tidak pernah naik PBB lebih jauh dari SD ku itu. Untuk menjangkau SMP ku, SMP 3 Malang, angkot yang aku gunakan untuk berangkat maupun pulang sebagian besar akan melewati Mitra 2, seperti AG, ADL, GA, atau TST. Sehingga tak jarang sepulang sekolah aku akan berhenti mampir ke Mitra 2, bisa untuk liat-liat saja, cari kado, atau makan di foodcourt dan KFC. Entah kenapa, sebelum pulang kerumah, aku suka sekali mampir dulu kesana kalau sedang stress dengan urusan sekolah. Mungkin karena dari kecil saya sudah sering kesana, jadi terasa familiar. Paling sering kesana buat belajar dan mengerjakan PR bareng Kanya di KFC, yang kebetulan Kanya ini arah pulangnya sama denganku. Kami gak selalu punya banyak uang untuk beli makan disana, jadi paling sering kami cuma beli eskrim dan akan duduk di KFC untuk mengerjakan PR dalam waktu yang lama. Sesudah nya, kami suka mampir ke Gramedia untuk melihat buku-buku beserta harganya, dan merencanakan sedikit demi sedikit menabung untuk membeli buku yang kami inginkan. Walaupun kebiasaan aku dan Kanya ini bermula ketika kami sekelas ketika kelas 2 SMP, kami tetap melakukan rutinitas belajar bersama di KFC bahkan ketika kami sudah tidak sekelas lagi. Sayangnya, waktu SMA kami tidak bersama lagi. Aku di SMA 3 Malang, sedangkan dia di SMA 5 Malang. Dan kami tidak pernah melakukan rutinitas yang sering kita lakukan bersama dulu itu. Beruntung SMA ku masih searah dengan Mitra 2, rute menuju SMA ku dari rumah mirip dengan rute menuju SMP ku hanya saja lebih jauh sedikit. Jadi terkadang aku masih sering mampir ke Mitra 2 sepulang sekolah, dan tidak sengaja terkenang masa semangat-semangatnya mengerjakan PR di Mitra 2 dan betapa lucunya kami dulu yang sangat ingin makan paket-paket mahal di KFC tapi cuma bisa ngiler melihat harganya. Maklum, berapa sih uang jajan anak SMP? Hehe. Di SMA, aku memiliki beberapa sahabat dekat, salah satunya Fenty, yang memiliki rute pulang searah denganku. Dan kebetulan sekali dia juga suka mampir ke Mitra 2 dan juga memiliki semacam keterikatan dengan Mitra 2, sama sepertiku, sehingga tak jarang ketika kita pulang bersama, kita akan mampir sebentar untuk membeli es krim, dan akan melanjutkan pulang. Aku juga masih suka mampir sendiri kesana sepulang sekolah dan akan melihat-lihat atau membeli sesuatu jika merasa stress dengan rutinitas akademisku.

Yah, kira-kira begitu keseharianku dulu bersama Mitra 2..

Hingga akhirnya masa kejayaan mitra 2 mulai meredup sejak dibangunnya Plaza Araya di daerah perumahan elit Araya, dan Dieng Plaza di daerah Dieng.

Aku masih ingat sekali bagaimana ramainya Mitra 2 di masa kejayaannya dulu, ketika di akhir pekan aku dan mama harus berangkat agak pagi supaya dapat parkir disana, atau kami akan mencari parkiran di factory outlet-factory outlet sekitar Mitra 2, yang juga biasanya penuh gara-gara banyak orang bernasib serupa dengan kami yang ingin ke Mitra 2 tapi tidak mendapat tempat parkir. Mitra 2 yang awalnya dulu hanya menjual kebutuhan sandang pangan papan dan beberapa kebutuhan rumah tangga, mulai ekspansi dengan menambahkan Gramedia di lantai 3 serta Timezone dan Johny Andrean di lantai 4. Aku ingat sekali gimana ramainya Timezone itu di akhir minggu, dan betapa ngantrinya untuk potong rambut di Johny Andrean. Beberapa tahun kemudian, entah apa sebabnya, Johny Andrean sudah tidak membuka gerai disitu lagi, dan ketika aku main di Timezone, Timezone terlihat sepi tidak seperti dulu lagi. Dan beberapa waktu kemudian, Timezone itu dipindahkan ke lantai 1 Mitra 2, dan akses menuju lantai 4 pun ditutup. Aku kira ada semacam perbaikan, ternyata hingga Mitra 2 ditutup, selamanya lantai 4 itu tidak pernah dibuka dan dikembangkan lagi. Beberapa saat kemudian Gramedia juga ikutan pindah dari Mitra 2, dan selama beberapa waktu tempat bekas Gramedia itu sempat kosong dan ditutup, yang agak lama kemudian diganti Kharisma. Kharisma terlihat selalu sepi setiap aku datang kesana. Bukan hanya Kharisma, tapi Mitra 2 secara keseluruhan terlihat mulai sepi, apalagi semenjak keberadaan Matos dan MOG.

Menurut aku, walaupun sepi, Mitra 2 itu seperti sudah memiliki pengunjung tetap seperti aku, mama, beberapa anggota keluargaku, beberapa temanku atau mungkin juga anda, dimana kita sendiri memiliki semacam keterikatan dan rasa familiar pada Mitra 2 yang membuat kami tetap menjatuhkan pilihan untuk berbelanja disana, di tengah-tengah booming-nya Matos yang bisa disebut sarana belanja dan jalan-jalan yang ‘wah’ di Malang pada saat itu, disusul kemudian oleh MOG.

Sayangnya, beberapa tahun kemudian, sekitar akhir tahun 2010, Mitra 2 ditutup. Sedih aja sih rasanya.

it had to be you

For nobody else, gave me a thrill—with all your faults, I love you still. It had to be you, wonderful you, it had to be you.
—As sung by Frank Sinatra

ardimaaas